PEMBELAJARAN 10
KISAH KETELADANAN WALI SONGO
Pada masa pandemi covid 19 ini seluruh aktifitas yang biasanya berjalan lancar menjadi terhambat, sebab kita semua harus menjaga jarak, menghindari krumunan dan patuh pada protokol kesehatan. salah satu kegiatan yang sampai sekarang masih belum berani menjalankan aktifitas seperti biasa adalah bidang pendidikan, mengapa? karena pendidikan tidak terlepas dari proses belajar mengajar dengan tatap muka dan bertemu didalamnya juga berisi anak-anak yang belum bisa menerapkan protokol kesehatan, maka dari itu inisiatif pemenrintah dalam memutusrantai penyebaran virus covid 19 dengan mengadakan belajar di rumah atau terkenal dengan istilah WFH (Work from Home).
Menghadapi kondisi yang seperti ini guru dan orang tua harus extra sabar menghadapi anak-anaknya. karena pembelajaran online bukan pembelajaran yang sangat mudah tetapi cukup menyulitkan orang tau dan guru. kenapa demikian? karena belajar Daring (Dalam Jaringan) atau Luring (Luar Jaringan) butuh suport penuh terhadap jaringan internet, prangkat handphone atau laptop yang jarang dimiliki oleh orang tua siswa. maka dari itu khususnya guru harus lebih giat dalam mempersiapkan pembelajaran yang akan diajarkan. berikut ini kita sajikan materi pembelajaran PAI yang siap diajarkan kepada anak didiknya dan semoga materi Materi PAI Daring Kelas 4 SD/MI Pembelajaran 10 ini memeberikan manfaat bagi yang membanya.. aamiin
A. Siapakah Wali Allah itu?
Al-Qur’an
menjelaskan bahwa wali Allah adalah orang yang beriman dan bertakwa. Di samping
melakukan hal-hal yang wajib, para wali Allah senantiasa melakukan hal-hal yang
sunah serta menjauhi hal-hal yang makruh. Allah Swt. berfirman,
Artinya:
“Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka
tidak bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa.”
(Q.S Yµnus/10: 62-63)
Bagaimanakah
keimanan wali Allah? Apa saja keutamaan mereka? Untuk mengetahuinya, marilah
kita ikuti penjelasan berikut ini.
1. Keimanan
Wali Allah
Keimanan
yang dimiliki wali Allah tidak dicampuri oleh kesyirikan. Mereka tidak mengakui
kekuatan lain, misalnya batu, keris, tombak, senapan, dan lain-lain yang
merupakan perbuatan syirik. Allah Swt. berfirman,
“Sebagian
manusia ada yang mendapat hidayah, sementara sebagian yang lainnya disesatkan
karena mereka sesungguhnya telah menjadikan setan-setan sebagai wali selain
Allah, sementara mereka mengira bahwa mereka mendapatkan hidayah.” (Q.S al-A’raf/07:
30)
2. Ketakwaan
Wali Allah
Keimanan
para wali Allah tidak sekadar pengakuan, tetapi keimanan mereka menghasilkan
ketakwaan. Mereka melakukan apa yang diperintah oleh Allah dan menjauhi apa
yang dilarang-Nya. Mereka tidak hanya melakukan hal-hal yang diwajibkan agama,
tetapi juga menjalankan amalan-amalan sunah. Mereka menghindari perkara yang makruh
dan menjauhi perkara yang diharamkan Allah
B. Kisah Teladan Wali Songo
1. Sunan
Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Maulana
Malik Ibrahim disebut juga Sunan Gresik atau Sunan Tandhes. Ia lahir di
Samarkand, Asia Tengah dan wafat di Desa Gapura, Gresik, Jawa Timur. Kisah
keteladanannya adalah semangatnya mendakwahkan Islam. Sunan Gresik banyak
membela rakyat (Jawa) yang tertindas oleh Majapahit. Ia juga mengajarkan
cara-cara baru bercocok tanam.
2. Sunan
Ampel (Raden Rahmat)
Sunan
Ampel atau Raden Rahmat dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Makam
Sunan Ampel terletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya. Kisah keteladanan yang
menarik adalah ketika Sunan Ampel berdakwah kepada Prabu Brawijaya. Meskipun
akhirnya tidak memeluk agama Islam, Prabu Brawijaya terkesan dengan ajaran
agama Islam sebagai ajaran budi pekerti yang mulia. Sunan Ampel mengajarkan
falsafah Moh Limo (5M). Yang dimaksud dengan Moh Limo adalah tidak mau
melakukan lima perbuatan tercela, yaitu:
(1)
main (berjudi)
(2)
ngombe (mabuk-mabukan)
(3)
maling (mencuri)
(4)
madat (menghisap candu atau ganja)
(5)
madon (berzina)
3. Sunan
Bonang (Makhdum Ibrahim)
Sunan
Bonang adalah putra Sunan Ampel dan sekaligus muridnya. Ia wafat pada tahun
1525. Kisah keteladanannya adalah cara berdakwahnya yang bijak. Sunan Bonang
sering menggunakan kesenian rakyat untuk menarik simpati mereka. Ia memasukkan
alat musik bonang pada seperangkat alat musik gamelan. Oleh karena itu, ia
dikenal dengan sebutan Sunan Bonang. Sunan Bonang juga penggubah Suluk Wijil
dan Tembang Tombo Ati.
4. Sunan
Drajat
Sunan
Drajat juga putra Sunan Ampel. Ia diperkirakan wafat pada 1522. Pesantren Sunan
Drajat dijalankan di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan, Jawa Timur.
Kisah keteladanannya adalah cara dakwahnya yang menekankan keteladanan dalam
hal perilaku yang terpuji, kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan
kemakmuran masyarakat sebagai pengamalan agama Islam. Sunan Drajat juga
berdakwah melalui kesenian. Tembang Macapat Pangkur disebut sebagai ciptaannya.
5. Sunan
Kudus
Sunan
Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji. Ia memiliki peran yang
besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak. Ia menduduki posisi sebagai panglima
perang, penasihat Sultan Demak, dan hakim peradilan negara. Sunan Kudus banyak
berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priayi Jawa. Di antara yang pernah
menjadi muridnya adalah Sunan Prawata penguasa Demak dan Arya Penangsang
adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal adalah Masjid
Menara Kudus. Sunan Kudus wafat pada tahun 1550.
6. Sunan
Giri
Sunan
Giri adalah putra Maulana Ishaq. Ia termasuk murid Sunan Ampel dan seperguruan
dengan Sunan Bonang. Salah satu keturunannya adalah Sunan Giri Prapen yang menyebarkan
agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima. Sunan Giri sangat berjasa mendakwahkan
Islam di Jawa bahkan sampai ke wilayah timur Indonesia. Ia pernah menjadi hakim
dalam perkara Syeh Siti Jenar. Ia pun juga berdakwah melalui kesenian. Tembang
Islami untuk dolanan anak-anak diciptakannya, seperti Jamuran, Jithungan dan
Delikan.
7. Sunan
Kalijaga (Raden Said)
Sunan
Kalijaga adalah putra Adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau
Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan
Bonang. Sunan Kalijaga juga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana
untuk berdakwah, seperti wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk
Ilir-ilir dan Gundul-gundul Pacul juga dianggap sebagai hasil karyanya.
8. Sunan
Muria (Raden Umar Said)
Sunan
Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah adik ipar
Sunan Kudus. Tempat tinggalnya di Gunung Muria yang letaknya di sebelah utara
kota Kudus, Jawa Tengah. Seperti ayahnya, Sunan Kalijaga, ia berdakwah dengan
cara lembut. Kesenian gamelan dan wayang tetap digunakannya sebagai alat
berdakwah. Sunan Muria menciptakan tembang Sinom dan Kinanti. Sasaran
dakwahnya, para pedagang, nelayan, pelaut, dan rakyat jelata.
9. Sunan
Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Sunan
Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin.
Ia berjasa mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya yang
kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin
juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten
sehingga kemudian menjadi Kesultanan Banten. Sunan Gunung Jati memberikan
keteladanan yang baik dalam bekerja. Ia sering ikut bermusyawarah dengan para
wali lainnya di Masjid Demak. Pada pembangunan Masjid Agung Sang Ciptarasa
(1480), Sunan Gunung Jati melibatkan banyak pihak, termasuk para wali lainnya
dan sejumlah tenaga ahli yang dikirim oleh Raden Patah.
Artikel Terkait :
☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 1 SD/MI
☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 2 SD/MI
☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 3 SD/MI
☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 4 SD/MI
☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 5 SD/MI
☑ Rangkuman Materi Pembelajaran Agama Islam (PAI) Kelas 6 SD/MI
0 comments
Post a Comment